Aku dan Musik

Rima
4 min readNov 20, 2023

--

Klarifikasi bagi teman-teman gua yang suka bertanya-tanya mengenai posisi gua terkait musik. Jyaakh. Lol. Im not even seorang ustadzah or someone. Di zaman yang makin gila, makin fitnah ini manusia dengan beban dosa banyak kayak gua aja dipanggil “alim.” Cuma bisa AMIN-in dulu aja. Sedihnya kenyataan kayak gini menggambarkan betapa jarangnya orang yang alim beneran. Sampai Nabi Isa turun, gua rasa bakal memburuk keadaan di dunia ini dari sudut pandang gua. Kamu dan buku factfulness boleh berkata lain.

Ya, gua seorang muslim. Islam punya banyak banget aturan. Beberapa orang akan bilang ribet. For me, Islam adalah jalan hidup. Malah hidup tanpa aturan Islam, itu yang ribet! Salah satu aturan yang kontroversial, bahkan di kalangan umatnya sendiri: “Musik haram”

Apa salah satu dalilnya?

Dari Nafi’ –bekas budak Ibnu ‘Umar-, beliau berkata,

Ibnu ‘Umar pernah mendengar suara seruling dari seorang pengembala, lalu beliau menyumbat kedua telinganya dengan kedua jarinya. Kemudian beliau pindah ke jalan yang lain. Lalu Ibnu ‘Umar berkata, “Wahai Nafi’, apakah kamu masih mendengar suara tadi?” Aku (Nafi’) berkata, “Iya, aku masih mendengarnya.”

Kemudian, Ibnu ‘Umar terus berjalan. Lalu, aku berkata, “Aku tidak mendengarnya lagi.”

Barulah setelah itu Ibnu ‘Umar melepaskan tangannya dari telinganya dan kembali ke jalan itu lalu berkata, “Beginilah aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mendengar suara seruling dari seorang pengembala. Beliau melakukannya seperti tadi. [HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadis ini hasan]

Bagi para pelajar manhaj salaf pasti sudah terbiasa dengan aturan ini. Bagi yang bukan, seperti gua, akan berat menerima fakta ini. Bahkan tidak jarang, di antara kita akan ada yang mencari dalil pembenaran musik, bertanya-tanya kenapa baru dengar hadits nya sekarang, sampai menuduh aturan ekstrim. Sampai sini, boleh istigfar dulu.

Pada dasarnya, bukan hanya meninggalkan musik, sholatpun berat kalau belum terbiasa. Sholat berat kalau gak percaya Allah ada. Jadi meninggalkan musik itupun gua anggap butuh proses. Beda kayak mencuri / zina yang merugikan orang lain dan jelas-jelas harus langsung ditinggalkan, mendengarkan musik dirasa sama manusia adalah hal yang OK aja. Lantas, bagaimana proses gua dalam meninggalkan musik?

  1. Re-learn tauhid

Seperti pohon, kalau akar tidak kuat maka satu pohon itu akan tumbang. Kalau WHY dari pencarian tuhan tidak kuat, maka boro-boro mau jalanin aturan agama. Bagi gua ga cukup alasan2 kayak: ngikut orangtua, merasa tenang, mendapat petunjuk di mimpi. Harus belajar sebenarnya karakteristik tuhan itu seperti apa? Cek surat Al Ikhlas. Belajar macam-macam tauhid. Baca artikel-artikel yang menjelaskan keajaiban Al Quran. Belajar Uqdatul Kubro. Kalau sudah ketemu sama inti kehidupan ini, akan mudah berserah dan mulai berubah. Jangan lupa berdoa minta petunjuk.

  1. Mulai dari meninggalkan musik syahwat
contoh virus cinta derajat menengah

Hal pertama yang dilakukan setelah mengetahui dalil adalah mengimplementasikannya. So far, gua ga melihat ada ustadz / ulama yang menghalalkan musik untuk maksiat. Beberapa yg gua tau menghalalkan musik itu ya beliau bilangnya musik itu ‘alat’, jadi yang diberi hukum adalah penggunaannya, bukan alat itu sendiri. Jadi udah jelaslah, lagu-lagu yang digunakan untuk berkhayal lawan jenis, bikin mabuk, tentang narkoba/miras, makna syirik, itu HARAM. Periodt.

2. Mengurangi frekuensi mendengar musik

Dari sejak SD gua suka banget dengerin lagu tiap mau tidur. Wkwk. Aneh banget. Bahkan sebenarnya gua sempat pengen jadi music writer karena gua merasa punya bakat di situ. Tapi entah kenapa, gua juga lupa gimana prosesnya tapi setelah tau dalil tentang musik, dengerin musik gak seindah dulu. Hadiah juga sih dari Allah. Makin lama makin gak nyaman. Auto berkurang frekuensinya. Kalau kamu mungkin bisa mengalami yang beda. Silahkan sesuaikan phase-mu. Yang tadinya tiap hari, bisa coba 1 pekan sekali, terus 2 pekan sekali. Gitu terus sampe lama-lama gak kebergantungan.

3. Lanjut pindah ke lagu tanpa instrument

Meskipun frekuensinya berkurang, ada waktu-waktu tertentu gua pengen banget dengerin lagu. Entah pas mainan clay, pas belajar atau pas gambar. Jadi gua bikin playlist di youtube yang isinya lagu2 tanpa alat musik atau biasanya ada keyword “voice only” “acapella”

4. Ambil kelas tahfidz

Nah bagi gua poin ini adalah life changing banget. Sejak mulai hafalin Al Quran lagi, gua makin takut mau dengerin musik wkwk. Gua takut banget hafalan gua hilang 🤣 tapi beneran guys. Gua sempet ngerasain “kok hafalan gua cepet banget ilangnya…” ternyata habis dengerin musik dari drakor. Iya, sampai saat ini gua masih gak membatasi musik-musik dari konten video/game dan yang orang lain putar di mall atau mini market. Masih belum bisa kayak Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu. Still anyway I really encourage you to take tahfidz class!!! Seni menghafal itu seru.

5. Belajar bahasa arab

Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, ketika menghafal Al Quran ada baiknya sambil dipahami juga artinya. Karena hafalan kita itu akan lebih berguna jika kita bisa implementasiin nilainya. Ini memang gak mudah. Poin 5 ini sebenarnya kayak bonus gitu sih wkwk. Tapi worth it buat dicoba. Kita juga jadi bisa ganti lagu2 jadi nasheed bahasa arab yang konten liriknya gak jauh dari nilai Al Quran.

Current status gua: sudah jauh lebih jarang menjadikan musik sebagai soundtrack kehidupan. Pas kerjapun kadang malah dengerinnya podcast. Lebih produktif juga buat mengisi otak. Tapi gua memang masih dengerin musik pas nonton drakor….. ini memang agak sulit sih. Gua juga masih menggunakan musik buat postingan di instagram karena pertimbangan akan lebih menarik bagi followers gua. Lagi-lagi harus selalu memastikan “Postingannya worth it gak?” “Makna lagunya apakah berlawanan dengan value?” Masih jauh deh dari sempurna. Tapi gua gak denial terhadap dalil. Aturan Islam itu seterang matahari. Meski tertatih, gua masih terus mencari jalan mengurangi peluang dosa ketika setan selalu mencari jalan buat membuka peluang dosa. Gak lama lagi, hidup akan berakhir. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung.

--

--

Rima
Rima

Written by Rima

Looking at the wind blowing through the branches. Coloring the internet with my honest yet dramatic writings. https://lynk.id/fitrikarimah

No responses yet